Your Ad Here

Sunday, June 3, 2012

Sosiolog: Tayangan Televisi Harus Mendidik

Sosiolog: Tayangan Televisi Harus Mendidik
Tayangan yang ditampilkan televisi harus mendidik dan bermanfaat untuk kepentingan anak-anak dan pelajar. "Tontonan televisi jangan lebih banyak menayangkan kekerasan, sadis dan perkelahian, itu dapat mempengaruhi mental serta kepribadian anak-anak yang masih sekolah," kata sosiolog dari Universitas Sumatra Utara, Prof. Dr. Badaruddin di Medan, Sumut, Ahad (3/6).

Menurut dia, segala bentuk tayangan yang disiarkan televisi itu, tentu saja sedikit banyaknya akan ditiru anak-anak. Hal ini sangat membahayakan bagi pertumbuhan anak-anak. Ia juga mengharapkan peranan orang tua untuk mengawasi ekstraketat setiap tontonan yang disaksikan anak-anak.

"Tayangan film kekerasan harus dilarang dan jangan sampai ditonton anak-anak kita yang umumnya masih pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Sekoloh Menengah Pertama (SMP)," kata Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU itu.

Badaruddin mengatakan, film yang menampilkan kekerasan, umumnya sangat rentan ditiru atau dipraktikkan para pelajar SD maupun SMP di sekolah. Mereka sepertinya rela berkelahi dengan sesama rekannya, bila terjadi perselisihan.

Apalagi, umumnya para pelajar sudah terbiasa menonton film asing (perkelahian) yang ditayangkan di televisi milik swasta. "Kegiatan seperti ini, kalau terus dibiarkan para orang tua, tanpa adanya pengawasan yang melekat, dikhawatirkan para pelajar itu akan meniru budaya yang tidak baik,dan tidak sesuai dengan adat ketimuran," kata dia.

Dia menjelaskan, orang tua adalah penentu masa depan anak-anak, baik mengenai pendidikan moral, disiplin, budaya maupun sikap prilaku sehari-hari di rumah, sekolah dan di tengah-tengah masyarakat.

"Kita tentunya tidak ingin anak-anak yang merupakan harapan bangsa dan negara akan mengikuti gaya hidup, budaya, seperti yang ditampilkan di televisi itu dan umumnya gaya hidup di negara eropa. Hal seperti ini jangan dipedomani dan harus dihindari," ujarnya.

Karena itu, katanya, solusi yang terbaik untuk dapat menyelamatkan anak-anak, adalah dengan membatasi menonton televisi. Siaran di televisi itu harus dipilih yang tepat untuk pelajar. Orang tua juga harus membatasi waktu menonton televisi.

Selama ini, rata-rata para pelajar menonton televisi selama empat hingga enam jam dalam satu hari. "Mana lagi waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru," katanya.

Disiplin waktu juga perlu diterapkan dengan tegas kepada anak-anak, sehingga mereka tidak larut hanya dengan menonton televisi di rumah. Dia juga meminta kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) benar-benar menegakkan peraturan dengan tegas serta menegur perusahaan televisi swasta yang melanggar aturan. Misalnya masih menayangkan film asing berbau porno.

"Ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran," katanya.

KPI harus ikut bertanggung jawab secara moral dalam menyelamatkan anak-anak bangsa, sehingga tidak terjerumus ke prilaku kurang baik akibat menonton film-film di televisi. KPI juga perlu memberikan saran agar tayangan yang ditampilkan di televisi lebih banyak bersifat pendidikan dan jangan terlalu banyak film maupun lagu-lagu.

"Mari kita ciptakan siaran televisi yang berbobot, sehingga anak-anak kita semakin cerdas, bermartabat dan berbudaya," kata Badaruddin.

Sumber : metrotvnews.com

0 comments:

Post a Comment