Your Ad Here

Wednesday, June 6, 2012

China Blokir "Keyword" Terkait Tragedi Tiananmen

China Blokir "Keyword" Terkait Tragedi Tiananmen
Seseorang melintas di dekat lapangan Tiananmen Beijing China, Rabu (21/4/2010) dengan latar belakang bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung nasional untuk menghormati ribuan korban gempa bumi di Tibet.
BEIJING - Pemerintah China memblokir kata-kata kunci tragedi Tiananmen, 3-4 Juni 1989, di laman pencari internet dan situs jejaring sosial China, Sina Weibo, Senin (4/6/2012). Pemblokiran itu merupakan upaya pemerintah agar tragedi berdarah tersebut tidak dibicarakan lagi, bahkan dilupakan.

Kata-kata kunci yang diblokir antara lain ”4 dan 6”, merujuk pada tangga 4 Juni; ”23”, terkait ulang tahun ke-23 tragedi tersebut; ”lilin”; serta ”jangan lupakan”. Hal itu menyebabkan warga China kesulitan mengakses informasi terkait tragedi itu.

Jika menuliskan kata-kata kunci itu di laman pencarian, muncul peringatan ”hasil pencarian tidak bisa ditampilkan demi alasan hukum, peraturan, dan kebijakan”.

Pemblokiran juga dilakukan pada Sina Weibo, yang dikenal sebagai Twitter-nya China. Weibo populer digunakan warga China setelah Pemerintah China memblokir dua situs jejaring sosial populer, Twitter dan Facebook.

Pemblokiran dilakukan setelah beberapa hari lalu Sina Weibo menampilkan gambar lilin. Lilin tersebut disandingkan dengan pesan kemanusiaan tragedi Tiananmen. Para pengguna Weibo menggunakan lilin itu sebagai simbol untuk melaporkan, mengenang, dan melakukan gerakan kemanusiaan terkait tragedi Tiananmen.

Pemblokiran juga dilakukan pada akun pribadi pengguna Weibo yang menampilkan foto-foto tragedi Tiananmen. Namun, beberapa pengguna Weibo masih bisa meloloskan kembali foto-foto tragedi berdarah di pusat kota Beijing itu.

”Hari ini pemblokiran terulang kembali. Kiriman para pengguna yang tak terkira banyaknya tentang tragedi Tiananmen telah dihapus,” begitu komentar salah seorang pengguna Sina Weibo.

Aktivis hak asasi manusia dalam artikel di situs BBC menilai kebijakan Pemerintah China itu sebagai upaya pembungkaman dan penghapusan sejarah. Mereka menyebut insiden Tiananmen sebagai tragedi yang tak boleh disebut dan dikisahkan.

Pemerintah China juga menangkap dan memukuli sejumlah aktivis politik yang nekat menggelar peringatan tragedi Tiananmen. Namun, mereka tetap gigih menyerukan reformasi politik dan meminta Pemerintah China membuka diri terhadap kisah tragis Tiananmen.

Di tempat terpisah, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Mark Toner mengemukakan, tragedi berdarah di Lapangan Tiananmen memang tidak terpublikasikan secara transparan. Pemerintah China tidak pernah menyebutkan jumlah korban yang tewas.

"Kami mendorong Pemerintah China menanggapi para demonstran dengan bijak dan menyebutkan berapa jumlah korban yang terbunuh, ditahan, dan hilang," kata Mark.

Sumber : KOMPAS.com

0 comments:

Post a Comment